Taksonomi bloom yang diterapkan pada
penilaian autentik sangat membantu guru untuk membuat soal yang berkualitas.
Tangga taksonomi bloom:
- Evaluasi
- Sintesis
- Analisi
- Aplikasi
- Pengertian
- Pengetahuan
Pengetahuan menempati anak tangga
terendah. Sangat disayangkan apabila soal hanya dibuat dalam anak tangga
terendah tanpa diikuti dengan tantangan untuk mendorongnya naik sampai ke anak
tangga tertinggi.
1.
Pengetahuan adalah ingatan tentang materi atau
bahan yang sudah pernah dipelajari (mengingat). Contoh soal dalam tingkatan
pengetahuan adalah:
- Siapakah yang…?
- Tepatnya, kapan peristiwa ini terjadi…?
- Sebutkan ibukota Negara…?
- Ada berapakah…?
- Mana yang benar atau yang salah…?
- Di manakah letak…?
2.
Pengertian
Pengertian adalah kemampuan untuk menangkap arti suatu materi atau
informasi yang dipelajari. Contoh soal dalam tingkatan pengertian adalah:
·
Apa yang dimaksud dengan…?
·
Sebutkan cirri-ciri…?
·
Ceritakan kembali tentang…?
·
Apa bedanya hal ini…dengan hal itu?
·
Coba berikan contoh lain…?
·
Sebutkan unsure-unsur penting yang ada…?
3.
Aplikasi
Aplikasi adalah kemampuan MENERAPKAN materi atau informasi yang telah
dipelajari ke dalam suatu keadaan abru dan konkret dengan hanya mendapat sedikit
pengarahan. Hal ini termasuk aplikasi dari suatu aturan, konsep, metode, dan
teori guna memecahkan masalah. Contoh soal dalam tingkatan aplikasi adlaah:
·
Coba jelaskan langkah-langkah untuk
menjalankan…?
·
Apakah contoh lain dari…?
·
Yang mana yang paling menyerupai…?
Apakah taksonomi bloom diterapkan hanya dalam dunia pendidikan saja?
Ternyata, taksonomi bloom tidak hanya diterapkan pada pendidikan saja tahap proses pemikiran ini juga diterapkan dalam dunia bisnis. berikut penjelasannya:
Taksonomi bloom adalah sebuah
metode dan perangkat kerja yang mengukur nilai-nilai kompleksitas
organisasional yang rendah ke nilai-nilai kompleksitas organisasional yang
tinggi.
Enam level kognitif:
·
Level pengetahuan
Penekanan pada day ingat dengan mengenali dan meningat fakta-fakta
kejadian misalnya terminologi, klasifikasi, konvensi, prinsip-prinsip, kriteria, tren, metode-metode, dan lain-klain.
·
Level komprehensif, mempresentasikan level
terendah dalam memahami fungsi-fungsi pengetahuan serta pemahaman terhadap
maksud dari fungsi-fungsi intensitas materi. Hal tersebut merupakan
prinsip-prinsip ‘abilitas pemahaman’ akan mencapai nilai tertinggi ketika dalam
aktivitas pemahaman tersebut sudah tidak perlu lagi untuk menghubungkan
nilai-nilai pemahaman ke dalam materi-materi lain, dan juga tidak perlu lagi
meninjau nilai-nilai pemahamn tersebut ke dalam implikasi-implikasi teknis secara
penuh.
·
Level aplikasi, adalah abilitas yang diterapkan
pada fungsi-fungsi pengetahuan yang bersifat komprehensif dalam situasi
aktivitas pekerjaan misalnya, aplikasi untuk formula, metode, prosedur,
prinsip-prinsip dan teori-teori.
·
Level analisis, adalah kemampuan pemecahan
masalah subjek ke dalam elemen-elemen konstituen, mencari hubungan-hubungan
internal dan di antara elemen-eemen, serta mengatur format-format pemecahan
masalah secara keseluruhan yang pada akhirnya menjadi sebuah nilai-nilai ekspektasi.
Daya analisi juga merupakan gambaran dari abilitas dalam fungsi-fungsi
mencirikhaskan fakta-fakta yang berbasis pada hipotesis yang dibangun, serta
bailitas dalam fungsi-fungsi evaluasi marerial-material yang bersifat ekstrak
dan kompleks. Daya analisis dapat mempertegas asumsi-asumsi pemecahan
masalah-masalah yang ada. Identifikasi pemecahan masalah tersebut akan diakhiri
dengan kesimpulan yang dibangun ke dalam susunan pernyataan-pernyataan yang jauh
lebih tegas dan pasti.
·
Sintesis, terkonsentrasi pada upaya-upaya
penciptaan sesuatu, bukan sekadar memodifikasi hal-hal yang sudah ada. Upaya
penciptaan sesuatu tersebut dilakukan dengan mengamati berbagai fenomna yang
ada di antara batas-batas problematika tertentu, peluang-peluang, sumber daya,
metode-metode, dan lain sebagainya. Hasil yang dicapai akan bersifat
transformatif dari nilai-nilai komunikasi di dalam konteks-konteks
fungsi-fungsi informasi dan deskripsi-deskripsi yang ada. Hasil yang telah
dicapai itu pun pada akhirnya akan menjadi konsep fungsi-fungsi perencanaan
dan opersaional. Selain itu, hasil yang telah dicapai tersebut dapat juga
difungsikan sebagai media pengidentifikasi nilai-nilai karakteristik suatu
hubungan-hubungan fenomena yang belum diketahui sebelumnya.
·
Evaluasi, adalah abilitas dalam membuat
justifikasi terhadap ide-ide, proposal, solusi-solusi, metode-metode
berdasarkan bukti-bukti, petunjuk, atau data-data kriteria autentik. Hal
tersbut akan sangat melibatkan fungsi-fungsi abilitas dalam upaya mendeteksi
dan mereduksi kelemahan-kelemahan dalam pandangan yang kjeliru atas
relaitas-realitas dan tingkat logis dalam mengakses berbagai alasan dari
pernyataan-pernyataan, dokumentasi, dan lain sebagainya.
Taksonomi Bloom dalam penentuan kurikulum
Di tahun 1956, Benjamin bloom menulis taxonomy of education objectives:
cognitive domain dan enam tingkatan uraian pemikirannya, yang telah
diadaptasikan secara luas dan digunalkan dalam konteks yang tidak terbilang
banyaknya. Daftar proses kognitifnya disusun dari yang paling sederhana,
meingat memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, menciptakan.
(pt.. elex media komputindo, pakematik strategi pembelajaran inovatif
berbasi tik, sunarto s,pd m.pd, Jakarta, 2010
Aplikasi konsep dan teori dalam pelaksanaan kurikulum di Indonesia
sebenarnya bukan hal baru. Sejak digfunakannya kurikuilum 1975, kurikulum
tersebut sebenarny sudah diarahkan ke sana. Dalam penerapannya belum bisa,
karena banyak kendala. Dalam kurikulum tersebut, rumusan tujuan, yang
seharusnya juga diikuti dengan model pembelajarannya, telah mengunakan
tahapan-tahapan berpikir yang mengacu kepada taksonomi bloom dkk. Dalam
pelaksanaannya masih terbatas kepada pengembangan kemampuan berpikir tahap
rendah, yaitu tahap penguasaan pengetahuan dan pemahaman kemampuan berpikir tahap
aplikasi, analisis-sintesis, dan evaluasi sedikit sekali bahkan sangat jarang
dijamah.
Peneparapan KBK dalam bidang pendidikan umum dan akademik, lebih
diarahkan pada menegaskan kembali hal itu. Kurikulum dan pembelajaran diarahkan
pada penguasaan kompetensi atau kemampuan berpikir tahap tinggi. Proses
pembelajaran tidak berhenti pada penguasaan pengetahuan (ingatan) dan
pengertian (undersatnding), pemahaman (comprehension), aplikasi (application), analisis
(analysis) antara tahap evaluasi dan kreativitas ada tahapan lain, yaitu tahap
pemecahan masalah problem solving. Rincian taksonomi tersebut dapat dijadikan
acuan di dalam merumuskan kompetensi dan performansi bidang umum dan akademik.
Taksonomi Bloom dalam teori belajar mahasiswa
Bloom dan kratwohi menunujukkan apa yang mungkin dapat dipelajari oleh
mahasiswa yang tercakup dalam tiga
domain di bawah ini.
1.
Kognitif. Yang terdiri atas enam tingkatan.
Pengetahuan (meingat, menghafal)
Pemahaman (menginterpretasikan)
Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah)
Analisis (menjabarkan suatu konsep)
Sintesis ( menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)
Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dan sebagainya)
2.
Psikomotor yang terdiri dari lima tingkatan
Peniruan (menirukan gerak
Penggunaan (mengggunakan konsep untuk melakukan gerak)
Ketepaan (melakukan gerak dengan benar)
Perangkaian (melakukan beberapa gerak sekaligus secara benar)
Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
3.
Afektif, yang terdiri atas lima tingkatan
Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
Merespon (aktif berpatisipasi)
Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)
Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai)
Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup)
Taksonomi bloom berhasil member inspirasi kepada banyak pakar lain untuk
mengembangkan teori-teori belajar dan pembelajaran. Pada tingkatan yang lebih
praktis, taksonomi ini telah banyak membantu praktisi pendidikan untuk
memformulasikan tujuan-tujuan belajar dalam bahasa yang mudah dipahami,
operasional, serta dapat diukur. Dari beberapa taksonomi belajar, mungkin
taksonomi bloom inilah yang paling popular. Selain itu teori Bloom juga banyak
dijadikan pedoman untuk membuat butir-butir soal ujian, bahkan oleh orang-orang
yang sering mengkritik taksonomi tersebut.
Sebenarnya ada beberapa taksonomi lain dalam ranah kognitif yaitu: taksonomi Merill, taksonomi Gagne, taksonomi Gerlach dan Sulliva.
Pandangan beberapa ahli
- Koib
Sementara itu, seorang ahli lain yang bernama Koib membagi tahapan belajar
menjaadi empat bagian.
1.
Pengalaman konkret
2.
Pengalaman aktif dan reflektif.
3.
Konseptualisasi
4.
Eksperimen aktif
Pada tahap paling dini dalam proses belajar, seorang mahasiswa hanya
sekedar mampu ikut mengalami suat kejadian. Mereka belum mempunyai kesadaran
tentanghakikat kejadian tersebut. Mereka pun belum mengerti bagaimana dan
mengapa suatu kejadian terjadi seperti itu. Inilah yang terjadi pada thapa
pertama proses belajar.
Pada tahap kedua, mahasiswa tersebut lambat laun mampu mengadakan
observasi aktif terhadap kejadian itu, serta mulau berusaha memikirkan dan
memahaminya. Inilah yang kurang lebih terjadi pada tahap pengamatan aktif dan
reflektif.
Pada tahap ketiga mahasiswa mulai belajar untuk membuat abstraksi atau
teori tentang suatu hal yang pernah dialaminya. Pada tahap ini, mahasiswa
diharapkan sudah mampu untuk membuat aturan-aturan umum (generalisasinya) dari
berbagai kejadian meskipun nampak berbeda-beda tetapi mempunyai landasan aturan
yang sama. Pada tahap terakhir (eksperimen aktif) mahasiswa sudah mampu
mengaplikasikan suatu aturan umun ke dalam situasi yang baru. Dalam dunia
matematika, misalnya mahasiswa tidak banyak memahami asal-usul sebuah rumus,
tetapi ia mampu menggunakan rumus untuk memecahkan suatu masalah yang belum
pernah ia temukan sebelumnya.
Menurut Koib, siklus belajar semacam itu terjadi secara berkesinambungan
dan berlangsung di luar kesadaran si pelajar. Dengan kata lain, nmeskipun dalam
teorinya kita amampu membuat garis tegas antara tahap satu dengan tahap lainnya, namun dalam
praktik peralihan dari satu tahap ke tahap lainya sering kali terjadi begitu saja,
sulit untuk kita tentukan kapan beralihnya.
2. Honey dan Mumford
Berdasarkan teori Kolb, honey dan mumford membuat penggolongan mahasiswa. Menurut mereka, ada empat macam mahasiswa yaitu aktivis, teoretis, dan pragmatis. Mahasiswa tipe aktivis adalah mereka yang suka melibatkan diri pada pengkaman-penglaman baru. Mereka cenderung berpikiran terbuka dan mudah diajak berdialog. Mahasiswa semacam ini biasanya kurang skeptis terhadap sesuatu. Sifat semacam ini kadang kala identik dengan sifat mudah percaya. Dalam proses belajar, mereka menyukai metode yang mampu mendorong seseorang menemukan hal-hal baru, seperti brainstorming atau problem solving. Tetapi mereka cepat merasa bosan dengan hal-hal yang memerlukan waktu lama dan implementasi.
Mahasiswa tipe reflektor cenderung sangat berhati-hati mengambil langkah.
Dalam proses pengambilan keputusan mahasiswa tipe ini cenderung konservatif,
dalam arti mereka lebih suka menimbang-nimbang secara cermat baik buruk suatu
keputusan. Mahasiawa tipe teoritis biasanya sangat kritis, menganalisis, dan
tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subjektif. Bagi mereka,
berpikir secara rasional adalah sesuatu yang sangat penting. Mereka biasanya
juga sangat skeptis dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif.
Mahasiswa tipe pragmatis menaruh perhatian besar pada aspek-aspek praktis dalam
segala hal. Bagi kaum pragmatis, sesuatu dikatakan ada gunanya dan baik hanya jika
bisa dipraktikkan.
Jadi golongan mahasiswa manakah kamu?
Daftar Pustaka:
Hidayat, Anang. 2007. Strategi Six Sigma. Jakarta: PT. Media Elexkomputindo
Chatib, Munif. 2009. Sekolahnya Manusia, Sekolah Berbasis Multiple Intelegences di Indonesia. Bandung: PT. Mizan Pustaka
Nursalam. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: PT. Salemba Medika
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI.2007.Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar