Minggu, 20 April 2014

Taksonomi Bloom




Taksonomi bloom yang diterapkan pada penilaian autentik sangat membantu guru untuk membuat soal yang berkualitas.
Tangga taksonomi bloom:

  • Evaluasi

  • Sintesis
  • Analisi
  • Aplikasi
  • Pengertian
  • Pengetahuan

Pengetahuan menempati anak tangga terendah. Sangat disayangkan apabila soal hanya dibuat dalam anak tangga terendah tanpa diikuti dengan tantangan untuk mendorongnya naik sampai ke anak tangga tertinggi.
1.       Pengetahuan adalah ingatan tentang materi atau bahan yang sudah pernah dipelajari (mengingat). Contoh soal dalam tingkatan pengetahuan adalah:

  •   Siapakah yang…?
  •  Tepatnya, kapan peristiwa ini terjadi…?
  •  Sebutkan ibukota Negara…?
  •  Ada berapakah…?
  •  Mana yang benar atau yang salah…?
  • Di manakah letak…?

2.       Pengertian
Pengertian adalah kemampuan untuk menangkap arti suatu materi atau informasi yang dipelajari. Contoh soal dalam tingkatan pengertian adalah:
·         Apa yang dimaksud dengan…?
·         Sebutkan cirri-ciri…?
·         Ceritakan kembali tentang…?
·         Apa bedanya hal ini…dengan hal itu?
·         Coba berikan contoh lain…?
·         Sebutkan unsure-unsur penting yang ada…?
3.       Aplikasi
Aplikasi adalah kemampuan MENERAPKAN materi atau informasi yang telah dipelajari ke dalam suatu keadaan abru dan konkret dengan hanya mendapat sedikit pengarahan. Hal ini termasuk aplikasi dari suatu aturan, konsep, metode, dan teori guna memecahkan masalah. Contoh soal dalam tingkatan aplikasi adlaah:
·         Coba jelaskan langkah-langkah untuk menjalankan…?
·         Apakah contoh lain dari…?
·         Yang mana yang paling menyerupai…?


Apakah taksonomi bloom diterapkan hanya dalam dunia pendidikan saja?
Ternyata, taksonomi bloom tidak hanya diterapkan pada pendidikan saja tahap proses pemikiran ini juga diterapkan dalam dunia bisnis. berikut penjelasannya: 
Taksonomi bloom adalah sebuah metode dan perangkat kerja yang mengukur nilai-nilai kompleksitas organisasional yang rendah ke nilai-nilai kompleksitas organisasional yang tinggi.
Enam level kognitif:
·         Level pengetahuan
Penekanan pada day ingat dengan mengenali dan meningat fakta-fakta kejadian misalnya terminologi, klasifikasi, konvensi, prinsip-prinsip, kriteria, tren, metode-metode, dan lain-klain.
·         Level komprehensif, mempresentasikan level terendah dalam memahami fungsi-fungsi pengetahuan serta pemahaman terhadap maksud dari fungsi-fungsi intensitas materi. Hal tersebut merupakan prinsip-prinsip ‘abilitas pemahaman’ akan mencapai nilai tertinggi ketika dalam aktivitas pemahaman tersebut sudah tidak perlu lagi untuk menghubungkan nilai-nilai pemahaman ke dalam materi-materi lain, dan juga tidak perlu lagi meninjau nilai-nilai pemahamn tersebut ke dalam implikasi-implikasi teknis secara penuh.
·         Level aplikasi, adalah abilitas yang diterapkan pada fungsi-fungsi pengetahuan yang bersifat komprehensif dalam situasi aktivitas pekerjaan misalnya, aplikasi untuk formula, metode, prosedur, prinsip-prinsip dan teori-teori.
·         Level analisis, adalah kemampuan pemecahan masalah subjek ke dalam elemen-elemen konstituen, mencari hubungan-hubungan internal dan di antara elemen-eemen, serta mengatur format-format pemecahan masalah secara keseluruhan yang pada akhirnya menjadi sebuah nilai-nilai ekspektasi. Daya analisi juga merupakan gambaran dari abilitas dalam fungsi-fungsi mencirikhaskan fakta-fakta yang berbasis pada hipotesis yang dibangun, serta bailitas dalam fungsi-fungsi evaluasi marerial-material yang bersifat ekstrak dan kompleks. Daya analisis dapat mempertegas asumsi-asumsi pemecahan masalah-masalah yang ada. Identifikasi pemecahan masalah tersebut akan diakhiri dengan kesimpulan yang dibangun ke dalam susunan pernyataan-pernyataan yang jauh lebih tegas dan pasti.
·         Sintesis, terkonsentrasi pada upaya-upaya penciptaan sesuatu, bukan sekadar memodifikasi hal-hal yang sudah ada. Upaya penciptaan sesuatu tersebut dilakukan dengan mengamati berbagai fenomna yang ada di antara batas-batas problematika tertentu, peluang-peluang, sumber daya, metode-metode, dan lain sebagainya. Hasil yang dicapai akan bersifat transformatif dari nilai-nilai komunikasi di dalam konteks-konteks fungsi-fungsi informasi dan deskripsi-deskripsi yang ada. Hasil yang telah dicapai itu pun pada akhirnya akan menjadi konsep fungsi-fungsi perencanaan dan opersaional. Selain itu, hasil yang telah dicapai tersebut dapat juga difungsikan sebagai media pengidentifikasi nilai-nilai karakteristik suatu hubungan-hubungan fenomena yang belum diketahui sebelumnya.
·         Evaluasi, adalah abilitas dalam membuat justifikasi terhadap ide-ide, proposal, solusi-solusi, metode-metode berdasarkan bukti-bukti, petunjuk, atau data-data kriteria autentik. Hal tersbut akan sangat melibatkan fungsi-fungsi abilitas dalam upaya mendeteksi dan mereduksi kelemahan-kelemahan dalam pandangan yang kjeliru atas relaitas-realitas dan tingkat logis dalam mengakses berbagai alasan dari pernyataan-pernyataan, dokumentasi, dan lain sebagainya.



Taksonomi Bloom dalam penentuan kurikulum
Di tahun 1956, Benjamin bloom menulis taxonomy of education objectives: cognitive domain dan enam tingkatan uraian pemikirannya, yang telah diadaptasikan secara luas dan digunalkan dalam konteks yang tidak terbilang banyaknya. Daftar proses kognitifnya disusun dari yang paling sederhana, meingat memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, menciptakan.
(pt.. elex media komputindo, pakematik strategi pembelajaran inovatif berbasi tik, sunarto s,pd m.pd, Jakarta, 2010
Aplikasi konsep dan teori dalam pelaksanaan kurikulum di Indonesia sebenarnya bukan hal baru. Sejak digfunakannya kurikuilum 1975, kurikulum tersebut sebenarny sudah diarahkan ke sana. Dalam penerapannya belum bisa, karena banyak kendala. Dalam kurikulum tersebut, rumusan tujuan, yang seharusnya juga diikuti dengan model pembelajarannya, telah mengunakan tahapan-tahapan berpikir yang mengacu kepada taksonomi bloom dkk. Dalam pelaksanaannya masih terbatas kepada pengembangan kemampuan berpikir tahap rendah, yaitu tahap penguasaan pengetahuan dan pemahaman kemampuan berpikir tahap aplikasi, analisis-sintesis, dan evaluasi sedikit sekali bahkan sangat jarang dijamah.
Peneparapan KBK dalam bidang pendidikan umum dan akademik, lebih diarahkan pada menegaskan kembali hal itu. Kurikulum dan pembelajaran diarahkan pada penguasaan kompetensi atau kemampuan berpikir tahap tinggi. Proses pembelajaran tidak berhenti pada penguasaan pengetahuan (ingatan) dan pengertian (undersatnding), pemahaman (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis) antara tahap evaluasi dan kreativitas ada tahapan lain, yaitu tahap pemecahan masalah problem solving. Rincian taksonomi tersebut dapat dijadikan acuan di dalam merumuskan kompetensi dan performansi bidang umum dan akademik. 

Taksonomi Bloom dalam teori belajar mahasiswa

Bloom dan kratwohi menunujukkan apa yang mungkin dapat dipelajari oleh mahasiswa yang  tercakup dalam tiga domain di bawah ini.
1.       Kognitif. Yang terdiri atas enam tingkatan.
Pengetahuan (meingat, menghafal)
Pemahaman (menginterpretasikan)
Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah)
Analisis (menjabarkan suatu konsep)
Sintesis ( menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)
Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dan sebagainya)
2.       Psikomotor yang terdiri dari lima tingkatan
Peniruan (menirukan gerak
Penggunaan (mengggunakan konsep untuk melakukan gerak)
Ketepaan (melakukan gerak dengan benar)
Perangkaian (melakukan beberapa gerak sekaligus secara benar)
Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
3.       Afektif, yang terdiri atas lima tingkatan
Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
Merespon (aktif berpatisipasi)
Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)
Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai)
Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup)
Taksonomi bloom berhasil member inspirasi kepada banyak pakar lain untuk mengembangkan teori-teori belajar dan pembelajaran. Pada tingkatan yang lebih praktis, taksonomi ini telah banyak membantu praktisi pendidikan untuk memformulasikan tujuan-tujuan belajar dalam bahasa yang mudah dipahami, operasional, serta dapat diukur. Dari beberapa taksonomi belajar, mungkin taksonomi bloom inilah yang paling popular. Selain itu teori Bloom juga banyak dijadikan pedoman untuk membuat butir-butir soal ujian, bahkan oleh orang-orang yang sering mengkritik taksonomi tersebut.
Sebenarnya ada beberapa taksonomi lain dalam ranah kognitif yaitu: taksonomi Merill, taksonomi Gagne, taksonomi Gerlach dan Sulliva.

Pandangan beberapa ahli

        1. Koib

Sementara itu, seorang ahli lain yang bernama Koib membagi tahapan belajar menjaadi empat bagian.
1.       Pengalaman konkret
2.       Pengalaman aktif dan reflektif.
3.       Konseptualisasi
4.       Eksperimen aktif
Pada tahap paling dini dalam proses belajar, seorang mahasiswa hanya sekedar mampu ikut mengalami suat kejadian. Mereka belum mempunyai kesadaran tentanghakikat kejadian tersebut. Mereka pun belum mengerti bagaimana dan mengapa suatu kejadian terjadi seperti itu. Inilah yang terjadi pada thapa pertama proses belajar.
Pada tahap kedua, mahasiswa tersebut lambat laun mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu, serta mulau berusaha memikirkan dan memahaminya. Inilah yang kurang lebih terjadi pada tahap pengamatan aktif dan reflektif.
Pada tahap ketiga mahasiswa mulai belajar untuk membuat abstraksi atau teori tentang suatu hal yang pernah dialaminya. Pada tahap ini, mahasiswa diharapkan sudah mampu untuk membuat aturan-aturan umum (generalisasinya) dari berbagai kejadian meskipun nampak berbeda-beda tetapi mempunyai landasan aturan yang sama. Pada tahap terakhir (eksperimen aktif) mahasiswa sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan umun ke dalam situasi yang baru. Dalam dunia matematika, misalnya mahasiswa tidak banyak memahami asal-usul sebuah rumus, tetapi ia mampu menggunakan rumus untuk memecahkan suatu masalah yang belum pernah ia temukan sebelumnya.
Menurut Koib, siklus belajar semacam itu terjadi secara berkesinambungan dan berlangsung di luar kesadaran si pelajar. Dengan kata lain, nmeskipun dalam teorinya kita amampu membuat garis tegas antara tahap  satu dengan tahap lainnya, namun dalam praktik peralihan dari satu tahap ke tahap lainya sering kali terjadi begitu saja, sulit untuk kita tentukan kapan beralihnya.

2. Honey dan Mumford

Berdasarkan teori Kolb, honey dan mumford membuat penggolongan mahasiswa. Menurut mereka, ada empat macam mahasiswa yaitu aktivis, teoretis, dan pragmatis. Mahasiswa tipe aktivis adalah mereka yang suka melibatkan diri pada pengkaman-penglaman baru. Mereka cenderung berpikiran terbuka dan mudah diajak berdialog. Mahasiswa semacam ini biasanya kurang skeptis terhadap sesuatu. Sifat semacam ini kadang kala identik dengan sifat mudah percaya. Dalam proses belajar, mereka menyukai metode yang mampu mendorong seseorang menemukan hal-hal baru, seperti brainstorming atau problem solving. Tetapi mereka cepat merasa bosan dengan hal-hal yang memerlukan waktu lama dan implementasi.
Mahasiswa tipe reflektor cenderung sangat berhati-hati mengambil langkah. Dalam proses pengambilan keputusan mahasiswa tipe ini cenderung konservatif, dalam arti mereka lebih suka menimbang-nimbang secara cermat baik buruk suatu keputusan. Mahasiawa tipe teoritis biasanya sangat kritis, menganalisis, dan tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subjektif. Bagi mereka, berpikir secara rasional adalah sesuatu yang sangat penting. Mereka biasanya juga sangat skeptis dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif. Mahasiswa tipe pragmatis menaruh perhatian besar pada aspek-aspek praktis dalam segala hal. Bagi kaum pragmatis, sesuatu dikatakan ada gunanya dan baik hanya jika bisa dipraktikkan. 
Jadi golongan mahasiswa manakah kamu? 

Daftar Pustaka:
Hidayat, Anang. 2007. Strategi Six Sigma. Jakarta: PT. Media Elexkomputindo
Chatib, Munif. 2009. Sekolahnya Manusia, Sekolah Berbasis Multiple Intelegences di Indonesia. Bandung: PT. Mizan Pustaka
Nursalam. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: PT. Salemba Medika
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI.2007.Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama


Tidak ada komentar:

Posting Komentar