Minggu, 04 Mei 2014

TUGAS RPP




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada hakikatnya pendidikan merupakan sarana mendasar upaya manusia untuk memproleh kelangsungan hidupnya, dan secara instrumental pendidikan merupakan satu infrastruktur untuk pengembangan sumber daya manusia dan pelestarian budaya dalam proses alih generasi secara berkesinambungan. Berdasarkan Undang-Undang No. 2 tahun 1998 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan mempunyai pengertian sebagai:”…usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, untuk peranannya dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan dating” (pasal 1 ayat 1) (Surya: 2004).
Dalam paparan diatas bahwa pendidikan dijalankan melalui kegiatan bimbingan dan pengajaran. Dengan kata lain, pendidikan membutuhkan ilmu-ilmu yang lain untuk mewujudkannya agar lebih efisien dan efektif dengan tidak menghilangkan dasar tujuannya.
Psikologi pendidikan ilmu yang mempelajari pelajar atau siswa, belajar, dan mengajar. Prinsip-prinsip ini memusatkan perhatian, dimana informasi, keterampilan, nilai, dan sikap diteruskan dari guru ke siswa di kelas.
Dengan mengetahui banyak ilmu psikologi pendidikan, tidak otomatis kita dapat menjadi guru teladan dan paling baik dalam mengajar siswa. Tetapi, jika tidak mengetahui psikologi pendidikan, kita dapat gagal dalam mengajar, frustasi, dan menghabiskan waktu karena tidak menemukan bagaimana  cara mengajar yang baik seperti orang lain yang tahu ilmu psikologi pendidikan (Esti : 2008)
Menurut penulis psikologi pendidikan berpengaruh dalam pembentukan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siswa. Bagaimana kita menentukan suatu tujuan pembelajaran, materi yang dibahas, metode pembelajarannya dikaitkan dengan perkembangan psikologis anak tersebut. Tentunya berbeda kemampuan anak SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi dalam hal pola pikir, tingkah laku, dan emosional.
Dalam penulisan blog penulis hanya membatasi pembahasan psikologi pendidikan dengan materi perkembangan, tahapan perkembangan, proses belajar konsep diri siswa. Dari batasan yang disebutkan penulis menerapkannya dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siswa. Namun siswa yang dijadikan objek, berumur 11 tahun sehingga pembahasan batasannya pun lebih mengacu pada perkembangan anak berumur 11 tahun. Penulisan blog ini untuk memenuhi tugas dalam materi kuliah psikologi pendidikan sehingga tidak bisa dijadikan acuan dasar bagi para pembaca. Namun, penulis berharap semoga tulisan blog ini bermanfaat bagi pembaca dan membantu bagi para calon guru.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan yang terjadi dalam proses belajar siswa ?
2.      Bagaimana bentuk atau kerangka RPP siswa ?
3.      Bagaimana contoh penerapan teori perkembangan proses belajar dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ?

C.     Tujuan Penulisan
1.      Pembaca dapat memahami perkembangan yang terjadi dalam proses belajar siswa
2.      Pembanca mengetahui bentuk atau kerangka RPP
3.      Pembaca dapat mengaplikasikan tahap perkembangan proses belajar kedalam pembuatan RPP.

D.    Batasan Penulisan
Penulis membatasi pembahasan dalam teori ini pada perkembangan kemampuan siswa berumur 11 tahun sesuai dengan RPP yang direvisi.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Proses Perkembangan Dan Hubungannya Dengan Proses Belajar
1.            Definisi Perkembangan
Dalam Dictionary of Psychology (1972) dan The Penguin Dictionaryof Psychology (1998), arti perkembangan pada prinsipnya adalah tahapan-tahapan yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organisme lainnya, tanpa membedakan aspek-aspek yang terdapat dalam diri organisme-organisme tersebut.
Selanjutnya, Dictionary of Psychology di atas secara luas lebih merinci pengertian perkembangan manusia sebagai berikut.
a.             The Progressive and continous change in the organismfrom birth to death, perkembangan itu merupakan perubahan yang progresif dan terus-menerus dalam diri organism sejak lahir hingga mati.
b.            Growth, perkembangan itu berarti pertumbuhan.
c.             Change in he shape and integration of bodily parts into functional parts, perkembangan berarti dalam bentuk dan penyatuan bagian-bagian yang bersifat jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional.
d.            Maturation of the appearance of fundamental pattern of unlearned behavior,  perkembangan itu adalah kematangan atau kemunculan pola-pola dasar tingkah laku yang bukan hasil belajar (Muhibbin : 2011)
Dari beberapa paparan di atas perkembangan merupakan perubahan bagian yang bersifat jasmaniah bersifat progresif menuju pada proses kematangan  yang mendasari tindakan behaviour seseorang dalam rentang kehidupan manusia.
Bagaimana hubungan antara perkembangan dan pertumbuhan?
Mayoritas pelajar berpendapat bahwa perkembangan merupakan perubahan kualitatif makhluk hidup sedangkan pertumbuhan merupakan perubahan kuantitasnya. Kaitan antara keduanya tidak dapat dipisahkan salin relevan antara satu sama lain.
2.            Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Dalam mempelajari perkembangan manusia diperlukan adanya pengertian khusus mengenai hal-hal sebagai berikut: 1) proses pematangan, khususnya pematangan fungsi kognitif; 2) proses belajar; 3) pembawaan atau bakat. Ketiga hal ini berkaitan erat satu sama lain dan saling berpengaruh dalam perkembangan kehidupan manusia tak terkecuali para siswa sebagai peserta didik kita.
Adapun mengenai faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan siswa, para ahli berbeda pendapat lantaran sudut pandang dan pendekatan mereka terhadap eksistensi siswa tidak sama. Berikut paparannya;
a.             Aliran Nativisme, yang berpandangan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh perkembangannya. Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof Jerman. Konon dijuluki sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kacamata hitam. Dalam ilmu pendidikan, pandangan seperti ini disebut “pesimisme pedagogis”.
b.            Aliran Empirisisme, yang berpandangan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh pengalaman dan lingkungannya, lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Tokoh utama aliran ini bernama John Locke (1623-1704). Dalam ilmu pendidikan, pandangan seperti ini disebut “optimism pedagogis”.
c.             Aliran Konvergensi, merupakan gabungan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama konvergensi bernama Louis William Stern (1871-1938) seorang filosof dan psikolog Jerman. Dalam ilmu pendidikan, pandangan seperti ini disebut “personalisme”.
Berdasarkan uraian mengenai aliran-aliran doktrin filosofis yang berhubungungan dengan proses perkembangan di atas, penyusun berpandangan bahwa faktor yang mempengaruhi tinggi-rendahnya mutu hasil perkembangan siswa pada dasarnya terdiri atas dua macam:
a.             Faktor intern, yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang mengembangkan dirinya sendiri;
b.            Faktor eksternal, yaitu hal-hal yang dating atau di luar diri siswa yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinterkasi siswa tersebut dengan lingkungannya.
3.            Fase Perkembangan Serta Tugasnya
Secara umum, proses dapat diartikan sebagai rentetan perubahan yang terjadi dalam perkembangan sesuatu. Adapun maksud kata proses dalam perkembangan siswa ialah tahapan-tahapan perubahan yang dialami siswa, baik yang bersifat jasmaniah maupun yang bersifat rohaniah. Proses dalam hal ini juga berarti tahapan perubahan tingkah laku siswa, baik yang terbuka maupun yang tertutup. Tingkah laku erbuka meliputi perbuatan berbicara, duduk, berjalan, dan seterusnya. Sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berpikir, berkeyakinan, berperasaan, dan seterusnya.
Enam fase yang akan penyusun bahas dalam buku ini kaitannya dengan tugas perkembangan yang erat hubungannya dengan proses belajar manusia. Adalah hal yang pasti bahwa setiap fase atau tahapan perkembangan kehidupan manusia senantiasa berlangsung seiring dengan kegiatan belajar. Kegiatan belajar dalam hal ini tidak berarti merupakan kegiatan belajar yang ilmiah. Tugas belajar yang muncul dalam setiap fase perkembangan merupakan keharusan universal dan idealnya berlaku secara otomatis, seperti kegiatan belajar ketrampilan merupakan sesutau pada fase perkembangan tertentu yang lazim terjadi pada manusia normal. Di samping itu, hal-hal lain yang menimbulkan tugas-tugas perkembangan tersebut adalah:
a.             Karena adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu;
b.            Karena adanya dorongan cita-cita psikologis manusia yang sedang berkembang itu sendiri;
c.             Karena adanya tuntutan kultural manusia sekitar (Muhibbin : 2011)
Adapun mengenai fase-fase perkembangan dan tugas-tugas yang mengiringi fase-fase tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Robert Havigurst (1972) berikut ini. Namun penulis hanya memaparkan tugas perkembangan fase anak-anak sesuai dengan batasan yang sudah ditentukan oleh penulis.
a.             Tugas perkembangan fase bayi dan kanak-kanak
Masa kanak-kanak adalah masa perkembangan dari usia setahun hingga usia sekitar lima atau enam tahun. Perkembangan biologis pada masa-masa ini berjalan pesat, tetapi secara sosiologis ia masih sangat terikat oleh lingkungan keluarganya. Oleh karena itu, fungsionalisasi lingkungan keluarga pada fase ini penting sekali untuk mempersiapkan anak terjun ke dalam lingkungan yang lebih luas terutama lingkungan sekolah.
b.            Tugas perkembangan fase anak-anak
Masa anak-anak (late childhood) berlangsung antara usia 6 tahun sampai 12 tahun dengan cirri-ciri utama sebagai berikut: 1) memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya (peer group); 2) keadaan fisik yang memungkinkan/mendorong anak memasuki dua permainan dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan jasmani; 3) memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, symbol, dan komunikasi yang luas.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa kedua ini meliputi kegiatan belajar dan mengembangkan hal-hal sebgai berikut:
1)            Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain, seperti lompat jauh, lompat tinggi, mengejar, menghindari kejaran dan seterusnya;
2)            Membina sikap yang sehat (positif) terhadap dirinya sebagai seorang individu yang sedang berkembang, seperti kesadaran tentang harga diri (self-esteem) dan kemampuan diri (self efficacy);
3)            Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku di masyarakatnya;
4)            Belajar memainkan peran sebagai seorang pria ( jika ia seorang pria) dan seorang wanita (jika ia seorang wanita);
5)            Mengembangkan dasar-dasar keterampilan  membaca, menulis, dan menghitung (matematika atau aritmatika);
6)            Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan kehidupan sehari-hari;
7)            Mengembangkan kata hati, moral dan skala nilai yang selaras dengan keyakinan dan kebudayaan yang berlaku di masyarakatnya;
8)            Mengembangkan sikap objektif/lugas baik positif maupun negative terhadap kelompok dan lembaga kemasyarakatan; dan
9)            Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga menjadi dirinya sendiri yang independen (mandiri) dan bertanggung jawab.
c.             Tugas perkembangan fase remaja
Masa remaja (adolescence) menurut sebagian ahli psikologi terdiri atas sub-sub masa perkembangan sebagai berikut: 1) subperkembangan prepuber selama kurang lebih dua tahun sebelum masa puber; 2) subperkembangan puber selama dua setengah sampai tiga setengah tahun 3) subperkembangan post-puber, yakni saat perkembangan biologis sudah lambat tapi masih terus berlangsung pada bagian-bagian organ tertentu. Saat ini merupakan akhir mas puber yang mulai menampakkan tanda-tanda kdewasaan.
Proses perkembangan pada masa remaja lazimnya berlangsung selama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 12-21 pada wanita dan 13-22 tahun pada pria. Individu remaja sedang berada di persimpangan jalan antara dunia nak-anak dan dunia dewasa. Sehubungan dengan ini, hamper dapat dipastikan bahwa segala sesuatu yang sedang mengalami atau dalam keadaan transisi (masa peralihan) dari suatu keadaan ke keadaan lainnya selalu menimbulkan gejolak, goncangan, dan benturan yang kadang-kadang berkaibat sangat buruk bahkan fatal (mematikan).
d.            Tugas perkembangan dewasa
Masa dewasa awal (early adulthood) ialah fase perkembangan saat seorang remaja mulai memasuki masa dewasa, yakni usia 21-40 tahun. Sebelum memasuki masa ini seorang remaja terlebih dahulu berada pada tahap ambang dewasa (late adolescence) atau masa remaja akhiryang lazimnya berlangsung  21 atau 22 tahun. Namun, menurut pengamatan para ahli, pada masa post puber proses perkembangan organ-organ jasmaniah tertentu, meskipun sudah sangat lamban, maih terus berlangsung kira-kira usia 24 tahun.
e.             Tugas perkembangan setengah baya
Masa setengah baya (middle age) adalah masa yang berlangsung antara usia 40 sampai 60 tahun. Konon, di kalangan tertentu, pria dan wanita yang sudah menginjak usia 40 tahun ke atas sering dijuluki sebagai orag yang sedang mengalami pubertas kedua. Julukan ini timbul karena merekan senang lagi bersolek, suka bersikap dan berbuat emosional/mudah marah, dan bahkan jatuh cinta lagi.
f.             Tugas perkembangan fase usia tua
Masa tua (old age) adalah fase terakhir keidupan manusia. Masaini berlangsung antara usia 60 tahun sampai berhembusnya napas terakhir (akhir hayat). Mereka yang sudah menginjak umur 60 tahun ke atas yang dalam istilah psikologi disebut “senescence” (masa tua) biasanya ditandai oleh perubahan-perubahan kemampuan motorik yang semakin merosot.
4.            Perkembangan Psiko-Fisik Siswa
Proses-proses perkembangan yang memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa. Proses-proses perkembangan tersebut meliputi:
a.       Perkembangan motor (motor development)
Yakni proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skills). Belajar keterampilan fisik (motor learning) dianggap telah terjadi dalam diri seseorang apabila ia telah memperoleh kemampuan dan keterampilan yang melibatkan penggunaan lengan (seperti menggambar) dan tungkai (seperti berlari) secara baik dan benar. Untuk belajar memperoleh kemampuan keterampilan jasmani, ia tidak hanya cukup dengan latihan dan praktik, tetapi juga memerlukan kegiatan perceptual learning (belajar berdasarkan pengamatan) atau kegiatan sensory-motor learning (belajar keterampilan indriawi-jasmani).
Dalam kenyataan sehari-hari, cukup banyak keterampilan indriawi-jasmani yang rumit dan karenanya memerlukan upaya manipulasi (penggunaan secara cermat), koordinasi, dan organisasi rangkaian gerakan secara tepat, umpamanya keterampilan bermain piano. Dalam memainkan piano, seorang pianis bukan hanya melakukan sejumlah gerakan terpisah begitu saja, melainkan juga menggunakan proses yang telah direncanakan dan dikendalikan secara internal oleh fungsi ranah ciptanya, sehingga gerakan itu menghasilkan suara merdu.
Demikian besarnya ketergantungan kinerja keterampilan jasmani tersebut pada keterlibatan ranah cipta terbukti dengan sering munculnya kekeliruan siswa yang malas berpikir dalam hal menulis, menggambar, dan memeragakan fisik tertentu. Dengan demikian, hampir dapat dipastikan bahwa apabila sebuah aktivitas keterampilan jasmani seseorang (siswa), seperti menyalin pelajaran, dilakukan secara otomatis tanpa perhatian fungsi ranah cipta yang memadai, walaupun ia sudah biasa karena sering melakukannya, kesalahan mungkin akan terjadi.
Sehubungan dengan hal itu, motor skills (kecakapan-kecakapn jasmani) perlu dipelajari melalui aktivitas pengjaran dan latihan langsung, bisa juga melakukan pengajaran teori-teori pengetahuan yang bertalian dengan motor skills  itu sendiri. Aktivitas latihanperlu dilaksanakan dlam bentuk praktik yang berulang-ulang oleh siswa, termasuk praktik gerakan-gerakan yang salah dan tidak dibutuhkan, sehingga siswa memahami bagian yang keliru dan dapat segera melakukan perbaikan. Akan tetapi, dalam praktik itu hendaknya dilibatkan pengetahuan ranah akal siswa. Praktik tanpa melibatkan ranah akal, umpumanya insight (tilikan akal) siswa yang memadai terhadap teknik dan patokan kinerja yang diperlukan, tak dipandang bernilai dan hanya ibarat orang yang sedang senag beramai-ramai.
Selanjutnya, ada empat macam faktor yang mendorong kelanjutan perkembangan motor skills anak yang juga memungkinkan campur tangan orang tua dan guru dalam mengarahkannya, yaitu: 1) pertumbuhan dan perkembangan system syaraf; 2) pertumbuhan otot-otot; 3) perkembangan dan perumbuhan fungsi kelenjar endokrin; dan 4) perubahan struktur jasmani.
b.      Perkembangan kognitif (cognitive development)
Yakni perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan/kecerdasan otak anak.
Seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dan psikologi anak, Jean Piaget (sebut: Jin Piasye), yang hidup antara tahun 1896 sampai tahun 1980, berpendapat bahwa kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya sudah dirintis sejak anak lahir, yang kemudian berkembanglah proses belajar anak sejalan dengan tahapan perkembangannya, yang disebut sebagai perkembangan kognisi anak atau perkembangan daya tangkap anak. Piaget sendiri membagi tahap perkembangan kognitif anak dalam 4 tahap yaitu:
1)            Tahap sensomotorik (lahir - 2 tahun)
2)            Tahap praoperasional (2 - 7 tahun)
3)            Tahap konkret-operasional (7 - 11 tahun)
4)            Tahap formal-operasional (12 tahun ke atas)
(Ratih : 2009)
Sesuai dengan batasan penulis lebih merinci tahap konkret-operasional dengan tidak menghilangkan penjelasan-penjelasa tahapan yang lainnya.
1)            Tahap sensorimotorik
Tahap sensori motor terjadi pada umur sekitar 0-2 tahun. Dalam tahap ini anak dicirikan dengan tindakannya yang suka menirukan dan bertindak secara refleks. Anak dalam tahap ini hanya memikirkan apa yang terjadi sekarang. Anak akan meniru apa yang dibuat orang dewasa maka model penanaman nilai perlu dengan cara menirukan, dan orang dewasa sebagai teladan yang ditirukan.
2)            Tahap  praoperasional
Pada tahap pra-operasional yang terjadi pada umur 2-7 tahun, anak mulai menggunakan symbol dan bahasa. Dengan penggunaan bahasa anak mulai dapat memikirkan yang tidak terjadi sekarang tetapi yang sudah lalu. Dengan adanya bahasa maka ia dapat mengungkapkan sesuatu hal yang lebih luas daripada yang dapat dijamah, yang sekarang dilihatnya. Dalam hal sikap pribadi, anak pada tahap ini masih egosentris, berpikir pada diri sendiri. Penanaman nilai mulai dapat menggunakan bahasa, dengan bicara, dan sedikit penjelasan.
3)            Tahap opeasional-konkret
Pada tahap operasional konkret, umur 7-11 tahun, anak sudah mulai berpikir transformasi reversible (dapat dipertukarkan) dan kekekalan. Dia dapat menegerti adanya perpindahan benda, mulai dapat membuat klasifikasi, namun dasarnya masih pada hal yang konkret. Anak sudah dapat mengerti persoalan sebab akibat. Maka dalam penanaman nilai pun sudah dapat dikenalkan suatu tindakan dengan akibatnya yang baik dan tidak baik.
Adapun tahap operasional formal, umur 11 tahun ke atas, anak sudah dapat berpikir formal, abstrak. Dia dapat berpikir secara deduktif, induktif, dan hipotesis. Ia tidak membatasi berpikir pada yang sekarang tetapi dapat berpikir tentang yang akan datang, sesuatu yang diandaikan. Anak sudah dapat diajak menyadari apa yang dibuatnya dengan alasannya. Segi rasionalitas tindakan sudah dapat diajarkan. Pada tahap ini dalam penanaman nilai, anak sudah dapat diajak berdiskusi untuk menemukan nilai yang baik dan tidak baik.
Secara sederhana dalam perkembangan tahap pemikiran itu dapat dilihat beberapa hal yang dapt mempengaruhi pendidikan nilai, yaitu:
a)            Perkembangan anak dari tahap meniru dan refleks, ke berbuat sendiri secara sadar.
b)            Perkembangan dari pemikiran konkret ke abstrak.
c)            Perkembangan dan pemikiran egosentris ke sosial.
Dalam periode konkret-operasional yang berlangsung hingga usia menjelang remaja, anak memperoleh tambahan kemampuan yang disebut system operation (satuan langkah berpikir). Kemampuan satuan langkah berpikir ini berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam system pemikirannya sendiri.
Satuan lagkah berpikir anak kelak akan menjadi dasar terbentuknya intelegensi intuitif. Intelegensi, menurut Piaget, bukan sifat yang biasanya digambarkan dengan skor IQ itu. Intelegensi adalah proses, tahapan atau langkah operasional tertentu yang mendasari semua pemikiran dan pengetahuan manusia, di samping merupakan proses pemahaman.
Dalam intelegensi operasional anak yang sedang berada pada tahap konkret-operasional terdapat system operasi kognitif yang meliputi:
a)            Conservation (konservasi/pengekalan)
Kemampuan anak dalam memahami aspek-aspek kumulatif materi, seperti volume dan jumlah. Anak yang mampu mengenali sifat kuantitatif sebuah benda akan tahu bahwa sifat kuantitatif benda tersebut tidak akan berubah secara sembarangan. Jumlah cairan dalam sebuah bejana tidak akan berubah meskipun dituangkan ke dalam bejana lainnya yang lebih besar ataupun lebih kecil. Begitu juga jumlah benda-benda padat seperti kelereng dan sebagainya, tak akan berubah hanya dengan mengubah tatanannya.
b)            Addition of classes  (penambahan golongan benda)
Kemampuan anak dalam memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang dianggap berkelas lebih rendah, seperti mawar, dan melati, dan menghubungkannya dengan golongan benda yang berkelas lebih tinggi, seperti bunga. Di samping itu, kemampuan ini juga meliputi kecakapan memilah-milah benda-benda yang tergabung dalam sebuah benda yang berkelas tinggi menjadi benda-benda yang berkelas rendah, misalnya dari bunga menjadi mawar, melati, dan seterusnya.
c)            Multiplication of classes (pelipatgandaan golongan benda)
Kemampuan yang melibatkan pengetahuan mengenai cara mempertahankan dimensi-dimensi benda (seperti warna bunga dan tipe bunga) untuk membentuk gabungan golongan benda (seperti mawar merah, mawar putih, dan seterusnya). Selain itu, kemampuan ini juga meliputi kemempuam memahami cara sebaliknya, yakni cara memisahkan gabunga golongan benda menjadi dimensi-dimensi tersendiri, misalnya: warna bunga mawar terdiri atas merah, putih, dan kuning.
Berdasarkan hasil-hasil eksperimen dan observasinya, Piaget menyimpulkan bahwa pemahaman terhadap aspek kuantitatif materi, pemahaman terhadap penambahan golongan benda, dan pemahaman terhadap pelipatgandakaan golongan benda merupakan cirri khas perkembangan kognitif anak berusia 7-11 tahun. Perolehan pemahaman tersebut diiringi dengan banyak berkurangnya egosentrisme anak. Artinya anak sudah mulai memiliki kemampuan mengkoordinasikan pandangan-pandangan orang lain dengan pandangannya sendiri, dan memiliki persepsi positif bahwa pandangannya hanyalah salah satu dari sekian banyak pandangan orang. Jadi, pada dasarnya perkembangan kognitif anak tersebut  ditinjau dari sudut karakteristiknya sudah sama dengan kemampuan kognitif orang dewasa.
Namun demikian, masih ada keterbatasan-keterbatasan kaasitas anak dalam mengkoordinaskan pemikirannya. Anak-anak dalam rentang usia 7-11 tahun baru mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. Inilah yang menjadi alas an  perkembangan kognitif anak yang berusia 7-11 tahun tersebut dinamakan tahap konkret-operasional.
Dari sini dapat dimengerti pada umur yang lebih dini lebih ditekankan praktek dan pengalaman nyata, sedangkan pada usia selanjutnya dengan penyadaran kognitif dan pengertian. Pada anak kecil harus diberi banyak latihan, banyak praktek, dan dihadapkan pada kenyataan konkret.
4)            Tahap operasional-formal
Operasional-formal tahap terahir sekitar usia 11-15 tahun. Pemikiran operasional-formal lebih abstrak daripada pemikiran operasonal konkret. Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman nyata dan konkret sebagai landasan berpikirnya. Mereka mampu membayangkan situasi rekaan, kejadian yang semata-mata berupa kemungkinan hipotesis ataupun proposi abstrak dan mencoba mengolahnya dengna pemikiran logis.


c.       Perkembangan Afektif
Dalam perkemabangan afektif ini lebih cenderung pada konsep diri dan emosi siswa.


B.     Bentuk RPP Awal
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

NAMA SEKOLAH   : _____________________
Mata Pelajaran            : Bahasa Inggris
Kelas/Semester            : V/2
Standar Kompetensi   : 6.          Mengungkapkan instruksi dan informasi sangat sederhana dalam konteks sekolah
Kompetensi Dasar       : 6.1        Bercakap-cakap untuk menyertai tindakan secara berterima yang melibatkan tindak tutur: memberi contoh melakukan sesuatu, memberi aba-aba, dan memberi petunjuk 
Alokasi Waktu            : 4 x 35 menit
Tujuan Pembelajaran**  : 1.       Siswa dapat bercakap-cakap untuk memberi contoh melakukan sesuatu 
                                      2.          Siswa dapat bercakap-cakap untuk memberi aba-aba
                                      3.          Siswa dapat bercakap-cakap untuk memberi petunjuk
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Berani ( courage )
Metode Pembelajaran : 1.          Siswa melakukan tanya jawab yang berkaitan  dengan materi
                                      2.          Siswa dan guru membahas kosakata dan struktur percakapan sesuai materi
                                      3.          Siswa melakukan latihan percakapan dalam bentuk dialog
                                      4.          Siswa menggunakan ungkapan-ungkapan percakapan sesuai materi dalam situasi nyata

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran:
1. Kegiatan Pendahuluan
  Apersepsi  dan Motivasi :
·  Guru mengawali pelajaran dengan membahas materi pokok dalam bab yang sedang dipelajari
·  Guru dapat meminta siswa untuk menyebutkan ujaran-ujaran yang biasa dipakai dalam situasi-situasi yang disajikan dalam buku. Sebagai contoh, jika bab yang sedang dibahas mengangkat topik tentang feeling,  guru bertanya pada siswa bagaimana cara mereka mengungkapkan apa yang sedang mereka rasakan dalam bahasa Inggris.
2. Kegiatan Inti
& Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
F Siswa dapat Bercakap-cakap untuk menyertai tindakan secara berterima yang melibatkan tindak tutur: memberi contoh melakukan sesuatu, memberi aba-aba, dan memberi petunjuk 
& Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F Guru memberikan contoh dialog-dialog yang berkaitan dengan materi.
F Siswa melengkapi dialog-dialog yang masih kosong dalam buku teks.
F Siswa berlatih dialog-dialog tersebut dengan teman-temannya (latihan ini dapat dilakukan secara berpasangan ataupun berkelompok).
F Selama siswa berlatih, guru mengitari siswa dan mencatat kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa.
& Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
F Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
F Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan  dan penyimpulan
3.  Kegiatan Penutup
      Dalam kegiatan penutup, guru:
F Guru memperbaiki kesalahan yang dilakukan siswa (kesalahan meliputi pengucapan, penyebutan kosakata, dan tata bahasa yang pada saat itu menjadi fokus bahasan).
F Guru menilai hasil kerja siswa dalam melengkapi dialog.
F Guru meminta beberapa siswa maju ke depan kelas untuk mempraktikkan dialog yang baru saja dilatih.
F Guru memberikan komentar dengan mengucapkan well done, good job, atau very good pada siswa yang berani maju ke depan agar mereka termotivasi.

Alat/Sumber Belajar:
1.      Buku teks Let’s Make Friends with English, Bambang Sugeng, jilid 5, Esis
2.      Script percakapan yang terdapat dalam buku teks dan buku guru
3.      Alat peraga yang berkaitan dengan materi ajar
4.      Buku-buku lain yang relevan

Penilaian:
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Instrumen/ Soal
Mengungkapkan berbagai tindak tutur:
§ Memberi contoh melakukan sesuatu
§ Memberi aba-aba
§ Memberi petunjuk


·  Unjuk kerja




·  Performance


Act out the dialogues in front of the class!
(siswa secara berpasangan atau berkelompok mempraktikkan dialog-dialog yang sudah dipelajari)


FORMAT KRITERIA PENILAIAN      
&  Produk ( hasil diskusi )
No.
Aspek
Kriteria
Skor
1.
Konsep
* semua benar
* sebagian besar benar
* sebagian kecil benar
* semua salah
4
3
2
1

&  Performansi
No.
Aspek
Kriteria
Skor
1.


2.


3.
Pengetahuan


Praktek


Sikap
* Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif  Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap
4
2
1
4
2
1
4
2
1

&   LEMBAR PENILAIAN
No
Nama Siswa
Performan
Produk
Jumlah
Skor
Nilai
Pengetahuan
Praktek
Sikap
1.
2.
3.
4.
5.








   CATATAN :
  Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.

                                                                            ............, ......................20 ...
        Mengetahui                                                                               
        Kepala Sekolah                                          Guru Mapel Bahasa Inggris



                                                                            ..................................          ..................................
NIP :                                                                     NIP :

C.      PENERAPAN DALAM RPP
RPP yang saya buat dikhususkan untuk anak pada tahap operasional konkret dalam perkembangan kognitifnya
berikut isi RPP:
Nama Guru                 : Adnavi Ulfa
Nama Siswa                : Aulia Latifa
Satuan Pendidikan      : SDN 03 Pagi Cengkareng Timur
Mata Pelajaran            : Bahasa Inggris
Kelas / Semester          : V / 2
Materi Pokok              : My Family
Kelas/Semester            : V/2
Standar Kompetensi   :   Mengungkapkan instruksi dan informasi sangat sederhana dalam konteks sekolah
KOMPETENSI DASAR
·               Listening
·               Writing
·               Reading
·               Speaking

            TUJUAN PEMBELAJARAN
1.            Listening
a.             Siswa mampu menerjemahkan instruksi yang diberikan native speaker
b.            Siswa bereaksi tepat ketika mendengar perintah dalam bentuk bahasa inggris.
c.             Siswa mengikuti instruksi yang diberikan native speaker.
d.            Siswa mampu mengidentifikasi gambar sesuai instruksi.
e.             Siswa mampu menjodohkan gambar dengan instruksi yang tertulis pada buku ajaran.
f.             Siswa mampu menerangkan kembali apa yang sudah didengar dari cerita native speaker dengan menggunakan bahasa inggris secara verbal.
     Sesuai dengan teori pada tahap ini anak berumur 11 tahun disebut tahap operasional konkret, mereka berpikir secara konkret belum sempurna secara abstrak sehingga masih belum bisa membenarkan atau menyalahkan kesalahan baca pada native speaker. Siswa telah mampu memasuki tahap addition classes (penambahan golongan benda). Sehingga digunakan kemampuan-kemampuan di atas seperti menjodohkan, mengidentifikasikan gambar sesuai intruksi, memilih gambar mana yang cocok dengan ucapan pendidik. Siswa juga sesuai dilatih untuk jenjang berikutnya seperti menerangkan kembali cerita yang didengar oleh pendidik karena anak pada tahap ini sudah bisa berandai-andai tidak terlalu terbatas pikirannya seperti anak pada pra-operasional. Guru tidak mencantumkan bahwa anak diharuskan menemukan kesalahan bacaan pada native speaker atau harus memeriksa dan membenarkan pelafalan karena dalam memahami cerita mereka lebih cenderung pada gerakan si pencerita dan mimiknya bukan pada pelafalan kata bahasa inggrisnya.
b.            Siswa mampu mengidentifikasikan informasi faktual dari wacana.
c.             Siswa mampu menyimpulkan pesan tersirat dari sebuah cerita.
d.            Siswa mampu membandingkan kecocokan jawaban “yes” or “no” sesuai dengan isi teks yang dibaca.
e.             Siswa mampu menggaris bawahi inti dari teks yang dibaca.
Pada tahap reading anak operasional konkret sudah bisa memainkan nalarnya namun belum secara kompleks, hanya untuk mengambil pesan apa pada cerita mulai bisa melakukan penalaran deduktif dengan teks yang mudah dan berhubungan dengan keseharian mereka bukan pada sebuah artikel atau karya ilmiah tingkat tinggi. Tahap yang dijalankan adalah conservation (konservasi/pengekalan), addition of classes (penambahan golongan benda), multiplication of classes (pelipatgandaan golongan benda).
b.            Siswa mampu menyebutkan anggota keluarganya menggunakan bahasa inggris.
Pada kemampuan writing anak operasional konkret bisa memberikan cerita sesuai dengan keadaannya dan tidak jauh beda dari contoh yang sudah diberikan, karena pemikiran abstrak mereka belum terlalu sempurna. Guru sengaja memberikan contoh untuk memancing pikiran mereka untuk membuat cerita tentang keluarganya. Mereka tetap masih terpaku pada kondisi yang dilihat. Namun, ada saja hal yang ditambahkan guna mempertajam kemampuan berpikir mereka
b.            Memperbaiki kesalahan pelafalan yang telah diucapkannya.
c.             Menyusun kalimat dengan pola bahasa inggris yang benar ketika pelafalannya. 
Pada kemampuan speaking anak operasional konkret akan meniru apa yang dicontohkan oleh pendidik karena disini afektif mereka tergerak tertarik pada pelajaran Bahasa Inggris sehingga tergerak psikomotorik mereka untuk mengucapkan kosakata bahasa inggris, terkadang tanpa sengaja di dalam keseharian memanggil anggota keluarganya dengan mother untuk ibu, father untuk ayah, dengan action mereka seakan berasal dari Inggris.  
Belajar keterampilan fisik harus disandingkan kognitif dan afektif mereka. Untuk mengucapkan kosakata bahasa inggris diperlukan memori kosakata yang telah diberikan oleh guru. Keafektifan mereka untuk menyukai apa yang mereka lakukan agar antusias mengikuti pelajaran. Pada dasarnya ada keterlibatan ranah cipta disini. Sesuai teori, pola-pola gerakan yang cakap dan terkoordinasi itu tak dapat tercapai dengan baik semata-mata dengan mekanisme sederhana, tetapi dengan proses mental yang sangat kompleks.
Ketergantungan kinerja keterampilan jasmani tersebut pada keterlibatan ranah cipta terbukti dengan sering munculnya kekeliruan siswa yang malas berpikir dalam hal menulis, menggambar, dan memeragakan fisik tertentu. Dengan demikian, hampir dapat dipastikan bahwa apabila sebuah aktivitas keterampilan jasmani seseorang (siswa), seperti menyalin pelajaran, dilakukan secara otomatis tanpa perhatian fungsi ranah cipta yang memadai, walaupun ia sudah biasa karena sering melakukannya, kesalahan mungkin akan terjadi.
Kemungkinan setelah belajar bahasa inggris ini siswa akan mencoba untuk menerapkan pada kehidupan sehari-harinya. Sesuai dengan tugas fase perkembangannya ia sudah bisa memainkan peran dengan mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan kehidupan sehari-hari. Ia berpura-pura menjadi warga negara asli Inggris dalam melafalkan panggilan-panggilan untuk anggota keluarganya.
D.    Ayat Perkembangan Kognitif

                        Dasar Awal Kognitif: Penginderaan, Persepsi Dan Belajar.
Pengindraan merupakan deteksi dari stimulasi sensorik, sementara persepsi merupakan interpretasi  dari apa yang telah diterima oleh alat indra. Alquran banyak menggambarkan tentang pengindraan dan persepsi. Alquran menggambarkan  bahwa ketika manusia lahir dalam keadaan tidak mengetahui, namun Allah memberi alat-alat sensorik untuk mendapatkan pengetahuan.

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (An-Nahl : 78 )
           
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (As-Sajdah : 9)

Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (Al-Mulk: 23 )

Daftar Pustaka
Zimmer, Ratih. 2009. Mengoptimalkan IQ & EQ Anak Melalui Sensomotorik. Jakarta: Penerbit Libri.
Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Santock, W. John. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Suparno, Paul. 2000. Teori Perkembangan Kognitif. Yogyakarta: PT. Kanisius.

 Catatan:
kemungkinan tulisan blog ini akan terus direvisi seiring dengan yang telah dipelajari oleh mata kuliah psikologi pendidikan pada setiap pertemuannya, mohon maaf atas pengarang yang belum dicantumkan pada daftar pustaka karena data yang telah ditulis hilang setelah revisi kembali akan dicntumkan sumber-sumber yang benar.